Nilai Moral Cerita Hikayat si Miskin
mengandung amanat yang bisa menjadi pelajaran hidup, terutama anak-anak. Nilai-nilai moral dalam cerita
mengajarkan pentingnya memiliki ketekunan dan kesabaran dalam menghadapi cobaan hidup. Meskipun awalnya hidup dalam kemiskinan dan mengalami penolakan, si Miskin dan istrinya tetap bersabar dan berusaha keras.
Cerita ini menekankan bahwa nasib seseorang ditentukan oleh Tuhan. Si Miskin dan istrinya mendapatkan
berupa emas lantaran percaya dan yakin terhadap takdir Tuhan.
Saling menghormati menjadi salah satu nilai moral yang menonjol dalam cerita ini. Saling menghormati bisa menangkal iri hati dan keinginan untuk mencelakai orang lain. Hal itu terlihat dari sikap pemimpin Kerajaan Antah Berantah yang berubah setelah si Miskin menjadi kaya raya.
Meskipun dalam keadaan sulit, si Miskin dan istrinya tetap berlaku jujur dan berbuat baik kepada sesama. Hal ini tergolong sebagai nilai moral penting yang bisa diteladani.
Pesan tentang kasih sayang dan
terhadap sesama tercermin dalam tindakan terpuji dari rakyat, yang rela memberikan makanan dan bantuan kepada si Miskin dan istrinya. Sebab, si Miskin memang tidak seharusnya diperlakukan dengan semena-mena.
Asal-Usul Cerita Hikayat si Miskin
Mengutip dari buku Hikayat Raja Miskin (2007) terbitan Pusat Bahasa, cerita Hikayat si Miskin, yang sarat nilai budaya, ini berasal dari Pulau Sumatra. Cerita rakyat ini berasal dari daerah Lematang, Muara Enim, Sumatra Selatan.
Hikayat si Miskin merupakan salah satu sastra lintasan Lematang yang pernah dikumpulkan oleh Subandiono dkk. dalam sebuah artikel penelitian berjudul "Struktur Sastra Lisan Lematang". Cerita Hikayat si Miskin digarap menjadi cerita anak dengan judul Hikayat Raja Miskin.
Hikayat ini tergolong sebagai cerita rakyat, yakni cerita yang dituturkan secara turun-temurun, berasal dan berkembang dari rakyat, serta sudah ada sejak zaman dahulu. Cerita rakyat merupakan bagian dari folklor atau jenis prosa lama yang berciri kebudayaan tertentu dan khas, demikian dilansir Jurnal Ilmu Pengetahuan Vol. 3, No. 2 (2023).
Struktur Hikayat si Miskin secara makro mengangkat tema mengenai penderitaan hidup yang dialami keluarga kurang mampu. Jenis prosa lama ini menggambarkan perjalanan kehidupan yang penuh penderitaan tersebut akhirnya membuahkan mukjizat dari Allah. Dari mukjizat tersebut, si Miskin juga memperoleh cobaan lainnya dari Allah.
Selaras dengan hal tersebut, cerita Hikayat si Miskin singkat mengisahkan perjuangan sepasang suami-istri yang miskin, terusir dari negeri yang dipimpin Maharaja Indera Dewa. Setelah melalui kehidupan sulit, keberuntungan mulai datang setelah mereka memiliki anak dan turunnya mukjizat emas dari Allah.
Lantas, apa isi dari cerita Hikayat si Miskin? Simak rangkuman cerita Hikayat si Miskin berikut ini.
Bacaan 1: Yer 17:5-8Bacaan 2: 1Kor 15:12. 16-20Injil: Luk 6:17. 20-26
MEMBAHAS si miskin dan si kaya selalu menarik. Dunia pun terpolarisasi oleh hal ini, baik secara person maupun negara. Ada orang miskin dan negara miskin demikian juga sebaliknya.
Dalam Alkitab, ada beberapa perikop yang membahas tentang hal ini. Misalnya, Lukas 6: 17-26 dan Matius 5:1-12.
Permenunganku dari kedua perikop ini ada dua:
Maka saya ingin merenungkan secara total. Baik miskin secara rohani maupun materi. Baik miskin secara rohani maupun materi.
“Miskin” untuk menggambarkan ketidakberdayaan seseorang.
Tidak ada orang miskin punya kuasa. Dalam kelemahannya, ia lebih mudah untuk berserah diri kepada yang berkuasa, yaitu Allah.
Dibandingkan dengan si kaya, yang lebih cenderung sombong dan merasa bisa melakukan apapun dengan kekayaannya. Bahkan mungkin ia mampu melupakan Tuhan yang telah memberinya kekayaan.
Menjadi kaya tentu saja tidak salah, namun bagaimana mengelola kekayaan itu yang lebih penting.
Ada empat penghiburan bagi orang lemah dalam perikop ini:
Dalam kelemahannya, ia lebih mudah menerima iman dibanding mereka yang memiliki kekuatan (kekayaan). Lebih mudah percaya, lalu menyerahkan dirinya secara total dan terakhir taat dalam melaksanakan kehendak-Nya.
Hal ini, secara tegas telah difirmankan Allah jauh hari dalam Yeremia:
“Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada TUHAN… Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN.”
Dalam pengajarannya kepada jemaat Korintus, Paulus mendapatkan pertentangan tentang ajaran “Kebangkitan Badan”.
Korintus masih dalam pengaruh Yunani, termasuk dalam iman. Ada kelompok yang menolak ajaran kebangkitan, termasuk jemaat Korintus.
Mereka dibaptis, mengaku mengimani Kristus, namun menolak ajaran kebangkitan yang merupakan puncak iman dalam keselamatan.
Paulus meyakini bahwa:
“Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati, sebagai yang sulung dari orang-orang yang telah meninggal.”
Jemaat Korintus banyak terdiri orang-orang kaya, namun sepertinya masih miskin dalam iman.
Kekayaan adalah berkat dari Tuhan, dan tidak salah menjadi kaya. Namun jangan sombong merasa paling kuat.
“Jadilah seperti lilin, yang tidak pernah menyesal saat nyala api membakarmu. Tetaplah pakai maskermu dan jaga jarakmu.”
Alkisah di Riau pada jaman dahulu kala hiduplah sepasang suami istri yang sangat miskin. Mereka hidup serba kekurangan karena penghasilan mereka tidak bisa mencukupi kebutuhan mereka sehari-hari. Jangankan untuk membeli lauk pauk, untuk mendapatkan beras pun kadang-kadang harus berhutang pada tetangga. Hidup mereka benar-benar memprihatinkan.
Suatu hari pak Miskin bermimpi. Seorang kakek datang menemuinya dan memberikannya seutas tali. “Hai Miskin! Besok pergilah merakit dan carilah sebuah mata air di sungai Sepunjung!” kata si kakek yang kemudian menghilang.
Pak Miskin terbangun dengan bingung. “Wahai, mimpi apa aku tadi? Kenapa kakek tadi menyuruhku pergi merakit?” kata pak Miskin dalam hati.
Hari masih pagi, ketika pak Miskin akhirnya memutuskan untuk mengikuti pesan si kakek. “Tidak ada salahnya mencoba. Siapa tahu aku mendapatkan keberuntungan,” pikir pak Miskin.
Maka pergilah ia dengan menggunakan perahu satu-satunya. Dia terus mendayung di sepanjang sungai sambil mencari mata air yang dimaksud si kakek dalam mimpinya. Tidak berapa lama dilihatnya riakan air di pinggir sungai pertanda bahwa di bawah sungai itu terdapat mata air. “Hmmm, mungkin ini mata air yang dimaksud,” pikir pak Miskin.
Dia menengok ke kanan dan ke kiri mencari si kakek dalam mimpinya. Namun hingga lelah lehernya, si kakek tidak juga kelihatan.
Ketika dia sudah mulai tidak sabar, tiba-tiba muncullah seutas tali di samping perahunya. Tanpa pikir panjang ditariknya tali tersebut. Ternyata di ujung tali itu terikat rantai yang terbuat dari emas. Alangkah senangnya pak Miskin. Cepat-cepat ditariknya rantai itu. “Oh, ternyata benar, ini adalah hari keberuntunganku. Dengan emas ini aku akan kaya!,” kata pak Miskin dengan gembira.
Dia menarik rantai itu dengan sekuat tenaga dan mengumpulkan rantai tersebut di atas perahunya. Tiba-tiba terdengar kicau seekor burung dari atas pohon: “Cepatlah potong tali itu dan kembalilah pulang!”
Namun karena terlalu gembira, pak Miskin tidak mengindahkan kicauan burung itu. Dia terus menarik rantai emas itu hingga perahunya tidak kuat lagi menahan bebannya. Dan benar saja, beberapa saat kemudian perahu itu miring dan kemudian terbalik bersama pak Miskin yang masih memegang rantai emasnya.
Rantai emas yang berat itu menarik tubuh pak Miskin hingga terseret ke dalam sungai. Pak Miskin berusaha menarik rantai itu. Namun rantai itu malah melilitnya dan menyeretnya semakin dalam.
Pak Miskin yang kehabisan udara, gelagapan di dalam air. Dengan susah payah dia melepaskan diri dan kembali ke permukaan. Dengan nafas tersengal-sengal dilihatnya harta karunnya yang tenggelam ke dalam sungai. Dalam hati dia menyesal atas kebodohannya. Seandainya dia tidak terlalu serakah pasti kini hidupnya sudah berubah. Tapia pa mau dikata, nasi sudah menjadi bubur. Dan pak Miskin pun pulang ke rumahnya dengan tangan hampa.
Di antara perbedaan yang sangat menonjol antara ajaran Islam dengan selainnya adalah cara Islam menilai kedudukan seorang manusia. Manusia yang tidak memahami hakikat Allah dan dirinya akan menilai derajat orang lain sebatas pada kekayaan yang dimilikinya. Tetapi, Islam sama sekali tidak memandang manusia pada atribut dhohirnya. Oleh karena itu, keadilan, kesamaan hak di hadapan hukum dan seluruh bidang kehidupan antara orang miskin dan orang kaya, pejabat dan rakyat, semuanya sama.
Islam telah mengatur semua aspek kehidupan salah satunya bagi seorang muslim untuk menunaikan kewajibanya yakni mengeluarkan Zakat Fitrah, Infak maupun Sedekah serta juga memerintahkan kepada orang kaya atau orang yang memiliki kelebihan harta untuk mengeluarkan Zakat harta seperti zakat penghasilan, zakat profesi dan juga zakat dari harta yang di simpan jika sudah memenuhi hisab dan haulnya.
Karena berzakat termasuk salah satu rukun Islam setelah Syahadat, Sholat, dan puasa. Hal ini telah diketahui bersama sebagaimana ditegaskan oleh sabda Rasul dalam hadits yang artinya: “Islam dibangun diatas lima hal: Kesaksian kesungguhan tiada Tuhan selain Allah dan sesungguhnya Muhammad utusan Allah, Melaksanakan Sholat, Membayar zakat, Haji dan Puasa Ramadhan.” (HR Bukhari Muslim).
Hanya dengan cara pandang agama, manusia akan percaya bahwa sesungguhnya kekayaan tidak selalu berwujud harta benda. Kekayaan yang sebenarnya tidak selalu diukur dengan besarnya angka-angka materi. Keluasan hati saat seorang hamba mampu menekan hawa nafsunya, bersikap menerima dan mensyukuri apa yang ada justru Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam nyatakan sebagai kekayaan yang sebenarnya. Dari Abu Hurairah, Nabi bersabda, “Kekayaan bukanlah banyak harta benda, akan tetapi kekayaan adalah kekayaan hati.” (Hadis riwayat Bukhari Muslim).
Oleh karena itu kekayaan sesungguhnya adalah kekayaan jiwa. Orang yang merasa cukup dengan pemberian Allah, tidak terlalu berambisi untuk menambah hartanya dan terus-menerus mencarinya, maka berarti ia orang yang kaya. Pada hakikatnya orang kaya adalah orang yang senantiasa berbagai kepada sesama serta member kepada mereka yang membutuhkan dimana dalam sebahagian harta yang kita miliki merupakan hak atas orang lain sehingga Islam menganjurkan bagi ummat muslim yang berkelebihan harta untuk mengeluarkan Zakatnya 2,5%, Infak maupun sedekah yang dapat disalurkan melalui Lembaga-lembaga Amil Zakat Infak Sedekah seperti Lazis Muhammadiyah, Dompet Dhuafa, BAZNAS dan lain-lain yang telah mendapat Izin dari Pemerintah. Miskin Dalam Islam
Mendengar kata miskin semua orang pasti akan beranggapan sama bahwa kemiskinan adalah status sosial yang tidak diinginkan oleh setiap masyarakat, kemiskinan menjadi momok menakutkan bagi setiap manusia hidup karena takut akan tidak terpenuhinya segala macam kebutuhan dalam hidupnya. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah penduduk miskin di Indonesia pada 2019 mencapai 25,14 juta jiwa atau sekitar 9,82% dari total penduduk. Hal ini merupakan PR buat pemerintah untuk terus berupaya menurunkan angka kemiskinan tersebut.
Betapa hebat dan indahnya ajaran Islam. Sejauh mereka umat Islam yang benar-benar teguh imannya, kemiskinan tidak akan membawa mereka pada perilaku hina dengan meminta-minta kepada manusia.
Kemiskinan dalam Islam bukanlah hal hina. Oleh karena itu, mari kuatkan kepedulian kita terhadap sesama, terutama terhadap hamba-hamba Allah yang diuji dengan kemiskinan. Kita jangan sampai tertipu merasa diri lebih disayang Allah hanya karena segala benda kita punya. Andai pun itu ada dalam genggaman kita, membantu mereka adalah langkah cerdas untuk selamat dunia-akhirat. Karena Kemiskinan dan kekayaan hanyalah ujian. Kaya atau miskin bukan urusan mulia atau hina. Kekayaan bisa berarti siksaan, sedangkan kemiskinan bisa jadi karunia.
Dan, termasuk pendusta agama adalah orang yang tidak memberikan perhatian kepada orang-orang miskin. Padahal, di dalam diri orang miskin ada berkah yang sangat besar bila kita ingin berbagi kebahagiaan dengan mereka. Dan, perlu dicatat, doa orang-orang miskin yang terzalimi sangat makbul; ampuh dan dijawab langsung oleh Allah Ta’ala. Seperti yangh disebutkan dalam Al-Qur’an “Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Itulah orang yang menghardik anak yatim, dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin” (QS. Al-Ma’un [107]:
Amil Zakat adalah orang yang mendapatkan tugas dari negara, Organisasi, Lembaga atau Yayasan untuk mengurusi zakat. Dalam hal ini yang dikatakan Amil ialah mereka yang keseharianya bekerja hanya fokus dalam menghimpun dana Zakat, Infak dan Sedekah baik di lembaga yang dibentuk oleh Negara maupun Organisasi seperti BAZNAS, Lazis Muhammadiyah, Dompet Dhuafa dan lain-lain.
Amil juga tertera dalam Al-Qur’an pada surah At-Taubah ayat 60 yang menjelaskan tentang orang-orang yang berhak menerima Zakat yaitu:fakir, orang miskin, amil zakat, yang dilunakkan hatinya (mualaf), untuk (memerdekakan) hamba sahaya, untuk (membebaskan) orang yang berutang, untuk jalan Allah dan untuk orang yang sedang dalam perjalanan.
Lembaga Amil Zakat yang terdaftar di Kementerian Agama antara lain: BAZNAS, Lazis Muhammadiyah, Dompet Dhuafa, Rumah Zakat dll yang merupakan lembaga resmi yang telah memiliki izin untuk mengelola dana Zakat, Infak dan Sedekah dari Masyarakat. Para pekerja dilembaga tersebut itulah yang dikatakan Amil beda halnya dengan Panitia Zakat dalam pengumpulan Zakat Fitrah karena bukan menjadi fokus kesehariannya dalam mengumpulakan Zakat.
Dalam hal ini tugas utama seorang amil zakat yakni menjadi penghubung antara orang yang berkelebihan harta dengan orang yang kekurangan harta yang dihimpun baik berupa Zakat, Infak dan Sedekah yang kemudian disalurkan kembali kepada mereka yang membutuhkan sesuai dengan dalil Al-Qur’an dalam surah At-Taubah ayat 60 salah satunya Fakir dan Miskin dalam bentuk program-program pemberdayaan maupun bantuan secara tunai.
Aspek penyaluran zakat memiliki peran yang sangat strategis dalam pembangunan Zakat Nasional. Di satu sisi, penyaluran zakat merupakan ujung tombak dalam upaya peningkatan kualitas kehidupan para mustahik (Miskin). Sementara di sisi lain, program-program penyaluran zakat akan memengaruhi persepsi dan kepercayaan publik mengenai pengelolaan zakat, apakah tepat sasaran atau tidak. Wajah pengelolaan zakat akan sangat dipengaruhi oleh kinerja penyaluran zakat yang dilakukan oleh lembaga zakat resmi, baik BAZNAS, Lazis Muhammadiyah, Dompet Dhuafa maupun LAZ (Lembaga Amil Zakat) lainya.
Dalam hal ini seorang Amil Zakat yang dibawah naungan Lembaga Resmi biasanya dalam penyaluran Zakat terbagai menjadi dua yaitu Pendistribusian dan pendayagunaan. Pendistribusian adalah kegiatan penyaluran zakat yang bersifat konsumtif, karitatif, dan berorientasi pada pemenuhan kebutuhan mendesak mustahik pada jangka pendek. Adapun pendayagunaan adalah kegiatan penyaluran zakat yang bersifat produktif, memberdayakan, dan berupaya mengoptimalkan potensi yang dimiliki mustahik sehingga mereka memiliki daya tahan yang baik pada jangka panjang. Baik pendistribusian maupun pendayagunaan, keduanya memiliki tujuan yang sama, yaitu meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mengentaskan kemiskinan.
Oleh karena itu dengan adanya Amil Zakat yang profesioanal dibawah Lembaga yang diakui pemerintah yang fungsi utamanya menghimpun Zakat, Infak dan Sedekah dari orang kaya yang kemudian disalurkan kepada orang miskin dengan tujuan dapat mengurangi tingkat kemiskinan atau dapat memberdayakan orang miskin yang dibina dalam program seperti UKM, Bantuan Modal Usaha dll sehingga mustahik/Orang miskin memiliki tambahan penghasilan yang tentunya dapat meringankan beban kehidupanya. (Penulis adalah Sekretaris Prodi Manajemen Bisnis Syariah FAI UMSU/Ketua Umum IKA FAI UMSU/Wakil Ketua PDPM Kota Medan)
%PDF-1.6 %âãÏÓ 1198 0 obj <>stream h޼›ï�$·�À_¥� G”(Rˆ‚Ãጜ?`�ã,9 ÙÀë ¹·?²¤™æ´{š¢G`wªº«º¤ŸøGÅ*G:êÑËAGNåà£@9Ú�¹ı¨¥�ª| Ìı€|4–OrµÃ(ߧz€üË WI®èoäDùÓäÉ}z‰«´ —Z?²~%å,_ÉÍÒX†GFù å>ùWªÜ'�B–‹rKmò§Éi’ûäR“FK’Sé‹ü´$yXÉÚ}ù _eLGA9Å~¹k; É) £ü#鑯Z“?ıÀÔ«üğ.ôp`•Nb>¤y9–»^Ä£Êõ*C#ƒ‚tÔÚô¦£²r¥¨1f± µ9ã¤W…O`ä)B�‹Œ‚œI“�I…DÁŠ�gy¼š�´!¥ åÃÌz¦6�MÁjıBX„\Ëú�´!&(ö¨ã/F¨gÒF¤æ+mT&ıNÚSÔ3iƒTWPÉIû‹JNU¬•œ†éª›Q-F%—Á•ß*9c×û¤W¬#�JÎb]rvj�<•²éó±ŸúêT{šx,%ÑÔ«*Eñd‡>S†ŠôLuAº g*Ùv�u•§ô\íA¤êJTÆUœ^•>Šñ€^?—t\ªÜ[ÄDõ¬ªd¹*=+Påùê¢äâH󛧯?ÿão?‹YáÓ¿ÿåÏ_¾«âÿÿ Î_ÿòù·�»şışé?>ıù/?üöó?¿K—tèÑ•‹¸ÙJå’ğû§oÿïïŸ�¾ùá>}ùê«—‡çùl™:ôQ¢Ùç!�C\kà›~ú$�<ôFku¶6P`°À€�A}wky°åÁ–[ly[™ ¶<Øò`˃-oc+?ıáÓ—ÏÿøéÇO_¤±ßIcrøş˜�6V_}õôÍOŸü¯O?÷ôÍ¿ıîéÛOÿüùé÷•şıöû§ÿşÏ?ıï§õ'¿ÿk’æñùÍŠįºh&ğ¢y–Ö¨_è.@½ˆşVV�u‚é[à� z'ù8ü ']º D¾|>‘Hú’•uäï(êèeÎË\9EQ†¶>F©¯Pê%Ͷ•‹&|E¿4/"úõ–z¡\í^ÎXõOጵ¿~Èò¡„ñÈÇ+¯ğŠÚ‹a?[½hZšôpWJF7WñĞâÕ0úDp#0Í3^FbQ*ÖîŠëªzlW p€È…}ù¾¡öiñ¢[�N÷%òéù.�şÔÄ‘¬óXç�ÃÎ�|çPùC45r �›#@Õwõµ‹8ç¸zåÉîØ�ÎM'3¬©dËTŒ“(ô�D-7€Òc�;é:�tıîüt•(á:]µtò}D…w Ñ‹†>ód‡‡-Oóø.o]„ŒÚ©†ê©�.â¾öõ‹n�Îcë<İğ`xÒ¾‹@Şêò;ô�¾v Ïş .CÉÒ©cùş´je¶Ê`=†#ô� î�<")`5>Ã.}—€°W^Å¡³>Ã>}Ÿ0Í6÷&Ï×éäyñ g��«aë*݇£›E_Éç‚O•òfJ½ã#T¨–Ûí#G^ÕÚW ÛWa 7Û—Gdí«†#ñR}"ø0! %¬d•ĞZX [Xñ-,÷ÍCGbvŞ¥ğ¼[üy7óÖ8Âá¡°gÈş¼›ëÖĞÁCÈa¦ÍåC¥P¬V…—ÙŸZgJcu#ßë¯]P8Ⱦ]ÃÖd\up¬›¢°›Ê¾Q�„åòğ{ıµNˆÃN|†Í‘³Äa/¾ CÙ|y68ápp¾ �r«}€úx"g49[ƒç°Á¸t©İ¤«Q5NZz>QSi§¥Ôû�×f³ŸÉZ8W˜ü¸8ѽT”Vn^óPØŞÈCµö2;®2Ød!‡“…É�ŠŞ8Äé Ê…é±+0ñ×"O³—vÉ�‰GÁmxBhÃjo„'Ïø¤¬¨…ã“T|†×΀§ƒ‰ÜWQÔ V¯QYÁ×)lˆÒФZxİ’\wĞúkwĞT.4EpÚĞX”Ü�k皆ñÒÖÙìşA‹ú„Ö]Ÿ é&�|_<“ÏElÃ3‡gÒY\ ‚�1¾KÄqˆìC@Û»±˜Ï©Lí:§²�â˜ÓÕ¢8�ÿ>-İĞævİô¡Ç{>º…ÏÉî{"³‡"HÀD¸uËEB‹TÄâFu�/¿'{“FTØEÎWDrÙ"6‹Øãˆe1m6AІÜ~…¡�Ï”ÚVCóˆr"-x‹›0V'ßıkm¬ZG’ãÇ9µUø¹ÅJãP#mNğºLv&nq'‘œÄM8»APì@YÑZjÁ-ÜÄ·ï\s¸Dv*îv*îqáG·ı&º}gvÑ£ëáˆÑöN[ã?Áú†�V@áÕG÷W¼·®]:²táœD÷—¼=ï.�™5Jo3…Ó¨İ_õ¶¾W.íq¸Şí†j çY»Ÿn¼3GéȤ¥p6¥ù©âV·¦»\›gMá
%PDF-1.4 %ñù÷ö %3.5-W322020.18362 4 0 obj <> stream xœì»{TRÛû7º5Ó.XX –•ÐU” Tíë�¼�ݶ™™X^º‰šLAl‚&f" ˆVvÙiÙ.Ë.Š]EÓÒ2SÑÌT°¼Úû÷žßûŽñþñžóßã,ÇkÎg>s>s®ùy>ÏËù÷óÝÀ"¢‡· �€zí0ß ì -0616Zd²ÐdÉâEKaÈ°eË`h뵤ƒ=Þ g�ÝNð ö#üg¯ûvlÀqÒÞƒa‘ξÔä˜ð¤àÔßF@‹—,�™Á¶¬X±…â†u£ü?¾æk€ÅFô‹À Õ€Îbx1hþ%` =Ð?ð_H¬«§104Z U¨\è€À`]°žž®®¶6U[è.Ö[² íª¿”t²š µKϽf`ív÷™¹ùÇû°ØC£eËaæ+Ö®³A¢Öc¶nÛŽÅ9ìø�»‡§—71p×î={÷ýD ?|$"2*:.þTBbR2-óÌÙsYçÿd^Ìãæ_*¸|…W,KJ¤¥e×ÿºWQyÿAÕÿŸ¿xY['«õZÑÒú®ýý‡Ž/=ÊÞ¯}ýªÁѱqµfâç¯É©ß~� 0è\ÿ[¿kýÒÑÕëB~ûÒIü°XWoZ‰+ rˆºtµ]ºÔ-÷ÚÝg†Ööäfa±ÍFËÖ`¾¬ýíÚ?žýŸ9–ñÿʳÿÛ±ÿö«0ƒ´‹^¸ j#d1ãÿ¿ÿ?r7¬`l‹¼�ö{þðž;¥'ºoó±æ}¿D¿%i߬Ê�úOK+ïºS þx/)~Ƭ«Cjåf]-ì‘2Õ=£¯ÖŒÃDÿ#Ù�rÄÀ�à÷ÅwG=�ÿJ÷e®B÷8#kÿ‘X8‰¹qù6äÍÓÿCÆídk5Û‹ÿúÁSïqÿm:„Y_|A¯�¶aµVkëÀM¦csèÃÛîá$÷³ÿÖ™ôU›å2I‡þi9ìžõo±‘¶8ïwÏmÅ¥�´Cª4Ëc¢–!¢7Ø@)Ì�x{üþéI+Q Ó¤Cßÿ5Á�Çèžp”W.3k n°CÿÎÓ=9Û¢5Kf¾YŒ›O’Ïü‹·q9¦ôæÝ3³ŸÛ êÓ®Òƒ6n¦¸1å˾{ºîœˆ�Go„×N?Ÿ¾[ôàzshŸûÔú¬W[ÏÞ¾1Ç݇Ë�eŠ�W¯TK¦mçFgJïÄþj°Klä´Ýo#¼þ¡û®i;ÊÅÏ…[>(-ž.3 ÿ£øF²!;k“ŒÒöyaÿžûÞEÒŸî[.fþÒ[fK[ZB�OÛ5ÌDŸ=øú·ÉÌœ4Û<©�\x/wÝOM í_S,› ÅϽÝ=YÍÚº—Ü]IÚµÇý‰,ø·ØÛýlãÎß"“‰ÉäÔýcËR®Uzõ[éÅo3ââçýk‹EÅLù™ìûˆÿ§‡b•û²åÚf[”ZÿSå¡ñ‹$éWó¡¸É%ͤØ4®V}lmq±¨R;ü õ›?ÿ~Ô¿ qÉÝd¶åø[a]ñµzÕÎöjNp3ïL3o£E�y.]Q˜YT¯ý‘÷CÚoS|m¢$¯FéBܤm²‘´»i¡ÞÒR/`f²ÕY�éî™Ë�×_@«z.@*´ 1è™”ÔÈ;)þ«kÍÚ8õd¶àÝ—™Fõî+¾Á)Îý«·ë#cèsßÀ…ƒÙ‡—æF3ËÚ…:\ýyafGò²ÒëbjM¯Â”J|6ìt!~w°ÉeyåÁ¯ÿÒ½™Vœ*’J~› *¾Îƒ@ Rè„ÀýúúÒš¡y`HlÓ©)þ·å�}-¬^Sû[uqY¡ì©~NfÇï1lnÞåçIõ<–祵IcJ:ÙîHˆžøSúÛÔëõ¹ðÑ�)`èï.c™%©ª*ü€ÖHHqÅšE6¦ÜJõ,_öo�‰Ÿ/8·FyG#Ôê&0Å ï@–âVFR¯"~ »$=Ž;±ýšd¬Ó2~nw\P±Tv°ŽÑ�:uZª�ú÷¢×·ÀC^~î ÆÝ‹Î-m°ð¹¬¹‘W«ÝÂÿ‰ˆ¬¾õ/(doœßóþ É&Ži©…²C“ÌJAj”K°Â·‹0YçâpðÞ�ï.•m9)i óŸ4N¢Ò»Dš–YP©vkæ×Þ�û!úö’¾hFï�aï6Fßaú=z¥¬Züžž4·{»¢ ܪï0õd£¡4õrâºáxÓ8!ÎÎòÞf�tìI‰dŠÌ<ô¶þIã•N¹Ž®·uËW/ÿ/L�o‡Ò±5³‘cK-5R�çjVÓrŠV…5Ñ ÊL¢Î4{Ÿõaï˜Ð£è“e¾Õ±ÖL PXwæàwæ�.ëC*„ºà*iÓ1@'”’î�ŠŠ¡wzïô:”î 1ê0¤¤8ý )Ô-f>äfo„›t´¿ì Ád‰°À{§7AOÿÒEÆ2& §»Ð n HkeUÔBRxè·Âe’kñåf@Åh!‰ ô\b‘¼yQÛ˜H@¨P¬Š‹Êm—1‘bÛâ‹—‹LY|Qok¡/µfšP ÉZƒ,fG=L¤P‡iï*ÔÑV[Œ@‚ôPÐ+’`û¨d¨š†1À¨Ü¡Æ"r¸a•Ð•¥HãVN…+@Ë/¦¤2†Û.^:{Ç��"Œ0M'1ç.uhf�Y-tõ�€ú™FèÆ8/*Çug';R-Ô•AA¿ÈJÕˆ+LE0>4nÂ'w¹y¯.œ ÐI™€>¦@áEz{§Š ò{z�¬iŒ2 %Ÿº3¯iÔÒÆUb…‹"Z¤ˆA¥ÌH¥"èÛb¡|v185ÆX 7nò„ØêÛ%‰¸H¬L* àqa/M‘.©`¸á”Ö£b´jÍÄŒ ‘ (DY¸ó~*ÊÏ~È?õSèZóS]»Ù6Êaš¸?ñ m01Dô²èÉ»�…ÉýÐŠË @�Ì·½hÓSSäa›ÌŽÑÓÕ98ø(ç4Æ+±f;¦�XKÛ¦q-myl%Fë—,‘�h–h† Xç§Äà‰skøt •o‡[ôj”厬ajñHƒ•ÉL¼Z¯äD›úLÌíÊzJv}iÿÈ|´«in4{ƒ»2ð}²8W¨]O ß¿‘ï|ùF>Ï4„Ûœïñî¦×‘0çAÖ4y²a@ô£Ô‹ˆSyíËeŠ6G|¼*?6u„ƒ›ª9´¬Ö˜T¤Ò%¤8çÀÅ e„:äyyèš™˜Â°ê†•weÄȽá�ÞŸ¢pÊ·'[¾ôO«ø8ÊïÉô3(•€õÅé—L_Y«ZSrÌçÌUoöêÇGòÖEGò÷:Ï–6Þ>¥�%©#'W@MWL^)ïù(œr’ÁÿGèN¥èôÛ´Ò¦KlSx;rp5B‹´“D &Œx‰œ1¸îTT²v±W¸Æô>×¥e2
tirto.id - Hikayat Si Miskin merupakan salah satu cerita rakyat yang bisa dijadikan sebagai bahan belajar untuk membuat resensi. Cerita Hikayat si Miskin mengandung nilai-nilai moral yang kuat, seperti kejujuran, integritas dan kebaikan hati. Nilai-nilai semacam itu masih tetap relevan dalam kehidupan sehari-hari.
Hikayat si Miskin juga termasuk bagian dari warisan sastra Indonesia. Hikayat ini dapat menjadi bahan belajar siswa tentang budaya lokal dan literatur kerakyatan.
Dengan membuat resensi, siswa dapat belajar mengembangkan keterampilan analitis, kritik, dan pemahaman. Siswa akan belajar menganalisis elemen-elemen cerita, termasuk plot, karakter, nilai-nilai moral, amanat, dan konflik suatu kisah.
Sebelum menyimak contoh resensi cerita Hikayat si Miskin, mari menyimak lebih dulu asal usul kisahnya.
Analisis Nilai Moral dan Amanat dalam Cerita Hikayat si Miskin
Kesimpulan cerita Hikayat si Miskin berkaitan dengan pesan moral moral yang kuat tentang pentingnya bersikap sabar, tekun, dan rendah hati dalam menghadapi kesulitan hidup. Nilai-nilai moral ini, masih sangat relevan hingga zaman sekarang, terutama untuk anak-anak. Kemudian, apa amanat cerita Hikayat si Miskin?
Amanat cerita Hikayat si Miskin mengajarkan pentingnya bersyukur dan tidak tamak, serta menghormati orang tua, serta tolong-menolong terhadap sesama. Pesan moral demikian dapat dijadikan sebagai pedoman hidup bagi pembaca untuk menjadi pribadi yang baik dan bermanfaat bagi orang lain.
Untuk lebih memahaminya, berikut disajikan analisis nilai moral dan amanat dalam cerita Hikayat si Miskin.
Amanat dalam Cerita Hikayat si Miskin
di atas, berikut dijabarkan sejumlah amanat cerita
Rangkuman Cerita Hikayat si Miskin
Ringkasan Hikayat si Miskin bermula dari cerita kehidupan di sebuah Kerajaan Antah Berantah yang dipimpin Maharaja Indra Dewa. Pada zaman dahulu kala, di kerajaan tersebut, hiduplah Raja Keindraan beserta istrinya yang jatuh miskin, melarat dan terlunta-lunta karena terkena kutukan dari Batara Indra.
Untuk bertahan hidup, suami-istri itu terpaksa makan makanan dari sisa-sisa yang ada di tempat sampah, di suatu kampung yang kejam, setiap hari. Penduduk setempat melempari mereka berdua dengan hinaan, pukulan, dan tak sudi membiarkannya tinggal di kampung itu. Perlakukan tersebut membuat si Miskin merasa sangat sedih sehingga tidak berani masuk kampung lagi lantaran takut dipukuli dan dilempari batu.
Suatu hari, tibalah masa kehamilan sang istri. Ketika usia buntingnya menginjak tiga bulan, dia mengidam buah mempelam dan nangka, yang tumbuh di halaman istana raja nun jauh di sana. Akan tetapi, ternyata Maharaja Indra Dewa sangat bermurah hati, sudi memberikan buah yang diminta. Rakyat di kerajaan tersebut juga memberikan bantuan berupa makanan, pakaian, beras, dan perkakas lainnya.
Setelah beberapa bulan, istri si Miskin melahirkan seorang putra yang sangat elok. Anak itu diberi nama Markamah 'anak dalam kesukaran'. Bersamaan dengan kelahiran anaknya, mereka mulai mencari tempat menetap. Karena itu, sang suami menggali tanah di suatu area demi membangun "rumah".
Tak disangka, saat menggali tanah untuk memancangkan tiang atap, si Miskin menemukan segepok emas yang terpendam. Mereka pun memanfaatkan emas tersebut untuk memperbaiki derajat kehidupannya.
Dengan berkat Allah, mereka membangun kerajaan mereka sendiri, Puspa Sari. Si Miskin pun menjadi raja yang arif dan perkasa dengan nama Maharaja Indra Angkasa. Istrinya bernama Ratna Dewi.
Kerajaan itu pun semakin terkenal, tetapi Maharaja Indra Dewa dari Antah Berantah merasa iri. Pada saat itu, tersiar kabar bahwa Maharaja Indra Angkasa mencari ahli nujum untuk mengetahui keberuntungan kedua anaknya kelak, yakni Markamah dan tuan putri Nila Kesuma.
Kesempatan tersebut digunakan Maharaja Indra Dewa. Semua ahli nujum dikumpulkannya dan dihasutnya supaya mengatakan kepada Indra Angkasa bahwa Makramah dan Nila Kesuma akan mendatangkan malapetaka terhadap kerajaan Puspa Sari. Semua ahli nujum pun menyetujui perintah Maharaja Indra Dewa untuk memfitnah kedua anak Maharaja Indra Angkasa.
Setelah mendengar kata-kata dari ahli nujum, Maharaja Indra Angkasa yang merasa murka memutuskan untuk membuang kedua anaknya. Mereka pun pergi tanpa tujuan yang pasti.
Setelah kepergian kedua anaknya, Kerajaan Puspa Sari terbakar dan rakyatnya terpecah belah. Akhirnya, si Miskin dan istrinya menyadari bahwa mereka telah menjadi korban fitnah para ahli nujum yang menyebabkan kehancuran Kerajaan Puspa Sari.
Berdasarkan ringkasan cerita di atas, dapat disimpulkan bahwa tokoh Hikayat si Miskin terdiri atas:
Lalu, apa kesimpulan dari cerita Hikayat si Miskin yang kerap dijadikan bahan bacaan anak?